PEREMPUAN-PEREMPUAN PERKASA
karya Hartoyo Andangdjaja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
Sebelum peluit kereta pagi terjaga
Sebelum hari bermula dalam pesta kerja
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
Di atas roda-roda baja mereka berkendara
Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
Merebut hidup di pasar-pasar kota
Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
Mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
Akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
Mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Oke itulah puisi Perempuan-Perempuan Perkasa karya Hartoyo Anangdjaja. Kali ini gua akan memberikan sebuah cerita pendek (cerpen) tentang kekuatan, kesabaran, dan kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya. Jujur gua ngarang cerita ini sendiri, tapi terinspirasi dari kisah nyata. Smoga ga ada kesamaan ide. Tapi kalo ada ya mohon maaf. Dari pada lama-lama, cuzz kita langsung simak ceritanya gaezz…
Di suatu kota kecil yang tidak terlalu terkenal, tinggallah sebuah keluarga sederhana yang berkecukupan. Terdiri dari sepasang suami-istri dan seorang anak perempuan bernama Anggrek. Anggrek menginjak kelas 3 SMA. Sang ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan sang ayah bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan biasa. *di cerita ini yang ditonjolkan adalah sang ibu dan anaknya* Keluarga ini berkecukupan, makan tercukupi, begitu pula dengan pakaian dan tempat tinggal. Namun sang anak, Anggrek, memiliki gaya hidup yang tergolong berkelas, karena di sekolah dia bergaul dengan anak-anak yang lebih mampu.
Anggrek selalu ingin memiliki apa yang dimiliki teman-temannya, dia jarang sekali mensyukuri apa yang telah dia miliki. Dia ingin memiliki barang-barang mewah, bagus, mahal, dan bermerk terkenal. Sedangkan keluarganya hanyalah keluarga sederhana. Jadi Anggrek sering memaksakan kehendaknya, jika tidak dituruti dia akan marah dan ngambek. Hampir setiap hari Anggrek bertengkar dengan ibunya, entah karena hal sepele atau hal besar. Anggrek hanya takut kepada ayahnya, kepada ibunya dia selalu melawan. Karena sang ayah pergi bekerja, maka sehari-hari Anggrek hanya di rumah dengan ibunya.
Namun, jika di rumah Anggrek hanya berdiam dan mengurung diri di kamarnya, dia hanya berinteraksi dengan gadget miliknya, sedangkan ibunya, mengurusi pekerjaan rumah. Anggrek juga sering pergi-pergi ke luar rumah berpergian entah kemana. Anggrek berinteraksi dengan ayah dan ibunya hanya saat dia mau mandi, makan, pergi. Selain itu, dia di kamarnya.
Suatu hari, saat Anggrek tiba di rumah sepulang sekolah dia meminta jam tangan Rolex kepada ibunya. Ibunya selalu menasihati Anggrek agar sadar dengan perekonomian keluarganya, tetapi Anggrek selalu saja membantah dan melawan ibunya. Terjadilah adu mulut antara Anggrek dengan ibunya. Adu mulut tidak kunjung selesai, sampai Anggrek akhirnya meninggalkan sang ibu dan mengurung diri di kamarnya. Sang ibu pun menangis, dia merasa bersalah. Bersalah tidak bias memenuhi keinginan putrinya, bersalah telah mendidik putrinya dengan didikan yang kurang tepat, bersalah telah mengecewakan putri semata wayangnya.
Anggrek masih marah dan kecewa terhadap ibunya, dia meng-update statusnya di media jejaring social Facebook dan banyak orang mengetahui masalah dalam keluarganya. Ayahnya melihat status Anggrek di Facebook dan segera pulang. Sesampainya di rumah, sang ayah mendapati istrinya yang sedang menangis. Spontanlah sang ayah menanyakan kepada istrinya, “Apa yang sebenarnya terjadi, bunda?” Tanya ayah. Sang ibu lalu menceritakan apa yang telah terjadi kepada suaminya. Setelah mendengar cerita istrinya, segeralah sang ayah memanggil Anggrek untuk menemui mereka. Setelah itu ayah Anggrek menasihati Anggrek panjang lebar tentang banyak hal. Tetapi dihari-hari berikutnya, kejadian seperti itu tetap saja terulang. Anggrek tidak berubah menjadi lebih baik meski sudah sering dinasihati kedua orang tuanya.
Meskipun sang ibu hatinya seringkali disakiti oleh putrinya sendiri, tetapi dia tetap menyayangi putrinya dan mengusahakan yang terbaik bagi putrinya itu. Udah sering menyakiti hati ibunya, Anggrek tetap meminta bantuan kepada ibunya saat kesusahan. Anggrek cuek dan seakan tanpa malu meminta bantuan kepada orang yang sering disakiti hatinya oleh Anggrek. Sang ibu tetap memberi bantuan kepada putrinya, selalu mendoakan yang terbaik bagi putrinya, selalu memaafkan meski Anggrek tidak minta maaf, selalu mohon pengampunan Tuhan atas dosa putrinya. Karena sang ibu selalu ingat akan perjuangannya saat mengandung selama sekitar 9 bulan, saat melahirkan Anggrek putrinya, saat pertama kali mendengar tangisan buah hatinya pertama kali, saat menaruh buah hatinya dalam pelukan hangat sang ibu. Sang ibu tetap tabah menghadapi sikap putrinya yang tak kunjung berubah…
Akhirnya……
Oke gaeezz demikianlah cerita agak pendek dari gua, meski akhirnya agak ga jelas, tapi ada bagian akhir se-akhir-akhirnya yang sengaja ga gua lanjutin karena gua mau para viewers melanjutkan ending-nya di kolom comment. Tapi gaez, meski akhirnya agak ga jelas dan gak berlanjut, ada pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita agak pendek yang gua karang sendiri ini. Pesan moralnya, para viewers pasti udah bisa menyimpulkan kok, wkakkakak. Sekian dulu gaezz, semoga hikmah dari cerita ini berguna bagi viewers sekalian. Maaf kalo ada kata yang kurang layak. See ya next time!
#YESGOOD #LehUgha
Sumber : jimzchangjames8428.blogspot.com *iyalah ngarang sendiri, kecuali puisi*
No comments:
Post a Comment